Judul: Dear Kitty
Karya: Anne Frank
Genre: Memoir
Penerbit: Atria
Bahasa: Bahasa Indonesia
Tebal: 409 hlm.
Cover: Soft Cover
Publikasi: Mei 2013
ISBN: 978-979-024-398-9
Sinopsis:
Sejak ditemukan di loteng tempat Anne Frank menghabiskan dua tahun terakhir usianya, buku hariannya-yang diberi nama "Kitty"-menjadi karya klasik dunia.
Buku luar biasa ini menjadi peringatan akan betapa kejamnya perang sekaligus kesaksian atas betapa dahsyatnya semangat hidup manusia.Pada 1942, saat Nazi menduduki Belanda, seorang gadis Yahudi berusia 13 tahun bernama Anne Frank beserta keluarganya meninggalkan rumah mereka di Amsterdam untuk bersembunyi.
Selama dua tahun berikutnya, sampai keberadaan mereka diketahui Gestapo, mereka dan satu keluarga lain tinggal terasing di "Paviliun Rahasia" sebuah kantor. Terputus dari dunia luar, mereka mengalami kelaparan, kejemuan, tekanan tiada henti akibat hidup di dalam ruang gerak terbatas, dan ancaman ditemukan serta kematian yang selalu membayangi.
Di dalam buku hariannya yang ditulis dalam persembunyian, Anne merekam pengalamannya yang amat mengharukan dengan gamblang dan enak dibaca. Pemaparannya menyentuh perasaan, terkadang menggemaskan dan lucu, mengisahkan pengalaman hidup, keberanian dan kerentanan manusia, cita-cita dan harapan, kisah cinta dan persahabatan, serta potret seorang gadis remaja penuh semangat.
Resensi:
Perang Dunia II merupakan salah satu tragedi terbesar dalam sejarah umat manusia. Perang selalu membawa kesedihan dan pertumpahan darah. Perang dengan mudah memporakporandakan tatanan sosial masyarakat dan merengut hak hidup manusia. Banyak sudut pandang yang dapat digunakan untuk menelaah mengenai perang. Namun bagaimanakah perang dari sudut pandang seorang gadis berumur 13 tahun?
Anne Frank adalah seorang gadis beragama Yahudi yang tinggal di Belanda pada masa Perang Dunia II. Saat itu Nazi Jerman telah menguasai Belanda dan mulai melakukan pemusnahan masal pada siapapun yang beragama Yahudi. Keluarga Anne Frank kemudian harus bersembunyi dari kejaran para Gestapo (Polisi Rahasia Jerman) dengan cara tinggal di loteng sebuah rumah tanpa keluar sama sekali dari sana. Mereka dibantu oleh dua orang teman keluarga Frank yang bernama Miep Giels dan Elli Voskujil untuk memasok kebutuhan mereka selama tinggal di sana. Di loteng rumah yang disebut oleh Anne sebagai Het Achterhuis (bahasa Belanda untuk “rumah di bagian belakang”) keluarga Frank tinggal bersama keluarga Van Daan (samaran, nama asli adalah Van Pels) dan seorang dokter gigi bernama Albert Dussel.
Anne Frank mendapatkan hadiah sebuah diary pada ulang tahunnya yang ke-13 dan dia beri nama “Kitty”. Di diarynya ini Anne mengungkapkan segala yang ia rasakan selama dia bersembunyi di Het Achterhuis. Mulai dari ibunya yang kurang menganggapnya dan memberinya kasih sayang, perbedaan dengan kakaknya Margot, dan ayahnya yang sebenarnya ia sayangi namun kadang ia harus berontak karena jiwa remajanya. Belum lagi konflik dengan keluarga Van Daan soal macam-macam hal seperti makanan dan siaran radio. Anne Frank mengggambarkan betapa susahnya hidup dengan orang-orang yang memiliki perangai berbeda dan dia tidak memiliki orang lain untuk berinteraksi. Dia juga harus hidup terisolasi dengan dunia luar, hanya sebuah radio dan berita dari Miep dan Elli yang bisa memberinya gambaran tentang keadaan di luar sana. Ditambah rasa was-was dan takut karena Nazi dapat membongkar persembunyian mereka kapan saja dan mengirimkan mereka ke kamp konsentrasi.
Diary ini berakhir pada tanggal 1 Agustus 1944. Beberapa waktu setelah itu, loteng tempat Anne tinggal digerebek oleh Nazi Jerman dan semua Yahudi yang tinggal di sana dibawa ke kamp konsetrasi. Beberapa bulan kemudian di kamp konsentrasi, Anne meninggal dunia. Ayahnya yang berhasil selamat kemudian menerbitkan buku ini pada 1947.
Anne Frank menulis buku ini dengan baik sekali. Kemampuannya menangkap realitas yang sedang terjadi mungkin melebihi gadis remaja kebanyakan. Anne Frank memberikan sudut pandang lain tentang kengerian Perang Dunia II. Tapi yang paling penting, Anne Frank mengajari kita mengenai tragedi kemanusian yang seharusnya tidak terulang lagi.
No comments:
Post a Comment