Tuesday, October 11, 2016
The Girl on Paper #BookReview
Judul: The Girl on Paper
Judul asli: La fille de papier
Karya: Guillaume Musso
Genre: Romansa
Penerbit: Spring
Bahasa: Indonesia (terjemahan dari bahasa Perancis)
Tebal: 448 halaman
Tanggal publikasi: 16 September 2016 (cetakan pertama)
ISBN: 9786027432246
Series/Bukan: Bukan (stand-alone)
Dalam The Girl on Paper, Musso menawarkan kisah yang unik mengenai semangat untuk maju serta kerancuan dalam proses menemukannya.
Kisah dimulai dengan prolog yang berupa kumpulan artikel mengenai Tom Boyd, seorang penulis sukses, dan Aurore Valencourt, pianis muda berbakat. Mulai dari prestasi-prestasi yang mereka raih hingga kedekatan serta berakhirnya hubungan mereka. Selepas mengalami putus cinta dengan Aurore, Tom mengalami writer's block, dan tak semangat menjalani hidup.
Suatu malam, ia menemukan seorang wanita yang menyusup ke dalam rumahnya. Wanita itu mengaku sebagai Billie Donelly, karakter yang jatuh dari buku Tom karena kesalahan cetak. Satu-satunya cara agar Billie bisa kembali ke dunianya adalah dengan Tom menulis buku terakhir dari triloginya.
Seperti buku drama lain, tokoh-tokoh dalam buku ini sangat berwarna. Ada seorang mantan anggota geng, seorang pengusaha yang materialis, hingga seorang wanita naif namun cerdas.
Walaupun begitu, penulis tidak menggambarkan seluruhnya dalam hitam dan putih. Dengan berbagai unsur dalam bukunya, penulis melukiskan kehidupan yang abu-abu. Seseorang tidak dapat dinilai rendah hanya karena ia memiliki satu sifat buruk. Begitu pula sebaliknya, satu sifat baik tidak dapat menjadi penebus semua perbuatan buruk yang telah dilakukan.
Manusia memiliki segala sesuatu yang ia butuhkan untuk bangkit. Dorongan terbesar tidak harus datang dari orang lain, melainkan dari diri sendiri. Ketika Tom sedang menghadapi berbagai masalah, Billie datang dan membantu Tom menghadapi masalahnya. Ia mendorong Tom untuk bergerak dan membangun kembali hidupnya. Billie Donelly adalah seorang tokoh fiksi yang diciptakan oleh Tom Boyd. Secara teknis, Billie adalah 'bagian' dari Tom. Namun Billie telah mengubah hidup Tom. Atas kehadirannya, Tom mampu bangkit. Masalah kita tidak akan selesai jika bukan kita yang bertindak untuk menyelesaikannya. Dan terkadang, masalah yang ada tidak dapat diselesaikan secara langsung ataupun sekadar dibangun di atas tindakan, melainkan membutuhkan perubahan karakter dan diselesaikan secara bertahap.
Sayangnya, bagian akhir buku memiliki alur yang begitu lambat dan terkesan dipaksakan agar cerita menjadi lebih panjang, sehingga kurang berhasil memberi kesan yang emosional. Hal ini tampak dari rangkaian peristiwa yang seakan tidak berujung, dengan pemusatan konflik yang berubah-ubah serta datar. Maksud penulis adalah menunjukkan bahwa satu hal kecil, baik atau buruk, dapat memiliki pengaruh yang begitu besar terhadap banyak orang. Namun dan pemakaian konsep 'kebetulan' yang terlalu sering, semakin menjadikan cerita terkesan mustahil bagi pembaca.
Kemudian peristiwa yang terjadi setelah penyelesaian masalah, walaupun tak terduga, terkesan antiklimaks. Tentu saja, hal tersebut diperlukan untuk membuka kemungkinan terhadap hubungan Tom dan Billie. Namun kenyataan itu seakan menghapus keajaiban-keajaiban yang telah terbangun sepanjang cerita; pembaca pun dapat merasa terkhianati.
Kekurangan lain dalam buku ini adalah terdapat beberapa kesalahan dalam ejaan seperti diksi dan tanda baca yang kurang tepat.
Secara keseluruhan, buku ini menyajikan kisah akan masa lalu yang tak henti-hentinya memberi pengajaran dan luasnya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan.
-Batavus Droogstoppel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment