Thursday, September 29, 2016

Top 10 Indonesian Historical Fiction




1. Pulang - Leila S. Chudori
2. Bukan Pasar Malam - Pramoedya Ananta Toer
3. Rahasia Meede - E. S. Ito
4. Dhaeng Sekara - Agus Sunyoto
5. Kubah - Ahmad Tohari
6. Atheis - Achdiat K. Miharja
7. Harimau! Harimau! - Mochtar Lubis
8. Burung-burung Manyar - Y.B. Mangunwijaya
9. Entrok - Okky Madasari
10. Gadis Pantai - Pramoedya Ananta Toer





1. Pulang - Leila S. Chudori



Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo seorang eksil politik Indonesia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas. Dimas merasa cemas dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan seniman lain, dia tak bisa kembali ke Jakarta karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka mengelana tanpa status yang jelas dari Santiago ke Havana, ke Peking dan akhirnya mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan suaka dan menetap di sana.

Di tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris bersama tiga kawannya: Nug, Tjai, dan Risjaf—mereka berempat disebut Empat Pilar Tanah Air—Dimas, terus-menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia satu persatu tumbang, dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan Peristiwa 30 September. Apalagi dia tak bisa melupakan Surti Anandari—isteri Hananto—yang bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara.






 2. Bukan Pasar Malam - Pramoedya Ananta Toer



Perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang teka pernah teranggap dalam gebyar-gebyar revolusi.

Dikisahkan bagaimana keperwiraan seseorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh bakti tergolek sakit karena TBC, anggota keluarganya yang miskin, rumah tuanya yang sudah tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet.

Berpotong-potong kisah itu diungkapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenangan dalam jiwa seorang mantan tentara muda revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan fokus, tokoh "aku" dalam roman ini tidak hanya mengritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjuk muka para jendral atau pembesar negeri paskakemerdekaan yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri.





3. Rahasia Meede  by E. S. Ito


Sebuah terowongan tua ditemukan di perut bumi Jakarta. Pintu masuknya terletak dalam Museum Sejarah Jakarta. Rutenya diyakini menuju tempat persembunyian emas VOC.

Sementara itu, di atas permukaan, Jakarta dicekam oleh teror pembunuhan misterius. Satu per satu orang penting ditemukan tewas mengenaskan, di tempat-tempat berawalan huruf B, disertai pesan aneh berupa Tujuh Dosa Sosial yang pernah dicetuskan oleh Mahatma Gandhi. Entah apa makna semua itu.

Het Geheim van Meede--Rahasia Meede, misteri emas VOC itu, perlahan terungkap. Dan, untuk mendapatkan jawabannya, seorang laki-laki muda intelijen militer harus berhadapan dengan seorang anarkis, karibnya ketika sama-sama sekolah di SMA Taruna Nusantara. Tak hanya bersaing dalam hal itu, mereka pun sama-sama berusaha mencuri perhatian seorang gadis Belanda, seorang mahasiswi peneliti Sejarah Ekonomi Kolonial, yang menyimpan lebih banyak misteri dari apa yang ditampakkannya.

Lika-liku pencarian Rahasia Meede melintasi sejarah ratusan tahun Indonesia, melewati pelarian, pengkhianatan, dan persahabatan. Kegelisahan sebuah generasi berusaha menemukan jalan keluarnya sendiri.
 



4.       Dhaeng Sekara: telik sandi tanah pelik majapahit
by Agus Sunyoto


Siapakah tokoh muda nan hebat itu yang pantas dikagumi?
Yang memiliki kepandaian olah kanuragan menakjubkan?
Juga memiliki laku pekerti yang layak diteladani?
Dialah Mahesa Sekar, seorang ksatria sejati yang diutus oleh Bhre Tumapel, Diah Kertawijaya, untuk memata-matai sejumlah wilayah yang tengah dilanda konflik dan membahayakan keberadaan Kerajaan Majapahit setelah kepergian Rakyan Patih Mangkubumi Pu Gajah Mada.
Begitu banyak kejahatan yang merebak dan terorganisir secara rapi. Ada pihak-pihak yang sengaja membuat keadaan Majapahit ricuh dan sulit dikendalikan oleh pihak kerajaan.
Siapakah dalang dibalik semua ini?
Dalam perjalanan yang mengharuskan mendaki gunung bahkan menyeberangi lautan, murid dari kakek Bantal (Sunan Gresik) ini, menemui berbagai peristiwa besar yang kerap mengancam keselamatan jiwanya. Musuh demi musuh dengan kekuatan besar harus dihadapinya. Untung saja, dia memiliki pegangan wirid yang mampu bertahan hidup ditambah pedang warisan dari sang Guru yang amat mencintainya. Seiring waktu, rahasia konspirasi pun mulai terkuak ke permukaan, meski butuh waktu yang tak sebentar.
Tapi siapakah dalang di balik semua ini?






5Kubah by Ahmad Tohari



Tidak mudah bagi seorang lelaki untuk mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah 12 tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau B. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya. Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah mesjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.






6. Atheis by Achdiat K. Mihardja


Roman Atheis mengetengahkan perkembangan yang khas bagi masyarakat Indonesia sejak permulaan abad kedua puluh, yakni pergeseran gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern. Pergeseran itu membawa serta perselisihan dan bentrokan antara paham-paham lama dan baru, terjadi khususnya di lapangan sosial budaya dan politik.

Perkembangan di dalam masyarakat tidak luput meninggalkan perngaruh pada pengalaman batin manusia. Keresahan batin di tengah-tengah bergeloranya pertentangan paham di zaman penjajahan Belanda dan Jepang menjadi pokok perhatian roman ini.






7. Harimau! Harimau! by Mochtar Lubis


Harimau! Harimau! telah mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai buku penulisan sastra terbaik tahun 1975.

Buku ini dapat dibaca sebagai sebuah cerita petualangan di rimba raya oleh sekelompok pengumpul damar yang diburu oleh seekor harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka mencoba menyelamatkan diri mereka dan seorang demi seorang di antara mereka jatuh menjadi korban terkaman harimau.
Di tingkat lain, juga terjadi petualangan dalam diri masing-masing anggota kelompok pengumpul damar ini. Di bawah tekanan ancaman harimau yang terus-menerus memburu mereka, dalam diri meraka masing-masing, yang mempertinggi pula kesadaran mereka tentang kekuatan dan kelemahan-kelemahan para anggota kelompok mereka yang lain.

Di antara mereka malahan sampai pada kesadaran bahwa sebelum membunuh harimau yang memburu-buru mereka, tak kalah pentingnya ialah untuk membunuh terlebih dahulu harimau yang berada dalam setiap anak manusia.

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan sebuah terjemahan dalam bahasa Jepang sedang dilakukan pula.






8.       Burung-Burung Manyar by Y.B. Mangunwijaya


Novel Burung-burung Manyar dapat dibaca sebagai bentuk proyek pasca-kolonial. Novel ini berusaha untuk mencari penyimpangan yang terjadi dalam penulisan sejarah Revolusi Indonesia. Sejarah dalam novel Burung-burung Manyar diceritakan secara mengalir dengan beberapa masukan anekdot. Sejarah tidak disampaikan dengan nada otoriter.

Sejarah dicerita melalui kisah cinta seorang yang bekerja mendukung kemerdekaan Indonesia, Larasati, dan Satadewa alias Teto, orang Indonesia yang bekerja dalam angkatan perang Belanda.

Menjelang akhir novel, terdapat kejutan yang menggelitik. Teto atau terbangkitkan jiwa nasionalismenya, dengan menjadi relawan membongkar kecurangan perusahaan tempatnya bekerja yang merugikan Indonesia.






9.       Entrok - Okky Madasari


Marni, perempuan Jawa buta huruf yang masih memuja leluhur. Melalui sesajen dia menemukan dewa-dewanya, memanjatkan harapannya. Tak pernah dia mengenal Tuhan yang datang dari negeri nun jauh di sana. Dengan caranya sendiri dia mempertahankan hidup. Menukar keringat dengan sepeser demi sepeser uang. Adakah yang salah selama dia tidak mencuri, menipu, atau membunuh?
Rahayu, anak Marni. Generasi baru yang dibentuk oleh sekolah dan berbagai kemudahan hidup. Pemeluk agama Tuhan yang taat. Penjunjung akal sehat. Berdiri tegak melawan leluhur, sekalipun ibu kandungnya sendiri.
Adakah yang salah jika mereka berbeda?

Marni dan Rahayu, dua orang yang terikat darah namun menjadi orang asing bagi satu sama lain selama bertahun-tahun. Bagi Marni, Rahayu adalah manusia tak punya jiwa. Bagi Rahayu, Marni adalah pendosa. Keduanya hidup dalam pemikiran masing-masing tanpa pernah ada titik temu.

Lalu bunyi sepatu-sepatu tinggi itu, yang senantiasa mengganggu dan merusak jiwa. Mereka menjadi penguasa masa, yang memainkan kuasa sesuai keinginan. Mengubah warna langit dan sawah menjadi merah, mengubah darah menjadi kuning. Senapan teracung di mana-mana.

Marni dan Rahayu, dua generasi yang tak pernah bisa mengerti, akhirnya menyadari ada satu titik singgung dalam hidup mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban orang-orang yang punya kuasa, sama-sama melawan senjata.




  
10.       Gadis Pantai by Pramoedya Ananta Toer


"...Roman ini menusuk feodalisme Jawa yang tak memiliki adab dan jiwa kemanusiaan tepat langsung di jantungnya yang paling dalam."

No comments:

Post a Comment