1. Pulang -
Leila S. Chudori
2. Bukan
Pasar Malam - Pramoedya Ananta Toer
3. Rahasia
Meede - E. S. Ito
4. Dhaeng
Sekara - Agus Sunyoto
5. Kubah -
Ahmad Tohari
6. Atheis -
Achdiat K. Miharja
7. Harimau!
Harimau! - Mochtar Lubis
8.
Burung-burung Manyar - Y.B. Mangunwijaya
9. Entrok -
Okky Madasari
10. Gadis
Pantai - Pramoedya Ananta Toer
1. Pulang -
Leila S. Chudori
Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk
di Paris, Dimas Suryo seorang eksil politik Indonesia bertemu Vivienne
Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut demonstrasi melawan pemerintah
Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto
Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas. Dimas merasa cemas
dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan seniman lain, dia tak bisa kembali ke
Jakarta karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka
mengelana tanpa status yang jelas dari Santiago ke Havana, ke Peking dan akhirnya
mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan suaka dan menetap di sana.
Di tengah kesibukan mengelola
Restoran Tanah Air di Paris bersama tiga kawannya: Nug, Tjai, dan Risjaf—mereka
berempat disebut Empat Pilar Tanah Air—Dimas, terus-menerus dikejar rasa bersalah
karena kawan-kawannya di Indonesia satu persatu tumbang, dikejar, ditembak,
atau menghilang begitu saja dalam perburuan Peristiwa 30 September. Apalagi dia
tak bisa melupakan Surti Anandari—isteri Hananto—yang bersama ketiga anaknya
berbulan-bulan diinterogasi tentara.
2. Bukan
Pasar Malam - Pramoedya Ananta Toer
Perjalanan seorang anak revolusi yang
pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu,
terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang teka pernah teranggap dalam
gebyar-gebyar revolusi.
Dikisahkan bagaimana keperwiraan
seseorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan
sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh bakti tergolek
sakit karena TBC, anggota keluarganya yang miskin, rumah tuanya yang sudah
tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet.
Berpotong-potong kisah itu
diungkapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenangan dalam jiwa seorang
mantan tentara muda revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan
fokus, tokoh "aku" dalam roman ini tidak hanya mengritik kekerdilan
diri sendiri, tapi juga menunjuk muka para jendral atau pembesar negeri
paskakemerdekaan yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri.
3. Rahasia Meede by E. S. Ito
Sebuah terowongan tua ditemukan di perut bumi
Jakarta. Pintu masuknya terletak dalam Museum Sejarah Jakarta. Rutenya diyakini
menuju tempat persembunyian emas VOC.
Sementara itu, di atas permukaan, Jakarta dicekam
oleh teror pembunuhan misterius. Satu per satu orang penting ditemukan tewas
mengenaskan, di tempat-tempat berawalan huruf B, disertai pesan aneh berupa
Tujuh Dosa Sosial yang pernah dicetuskan oleh Mahatma Gandhi. Entah apa makna
semua itu.
Het Geheim van Meede--Rahasia Meede, misteri emas
VOC itu, perlahan terungkap. Dan, untuk mendapatkan jawabannya, seorang
laki-laki muda intelijen militer harus berhadapan dengan seorang anarkis,
karibnya ketika sama-sama sekolah di SMA Taruna Nusantara. Tak hanya bersaing
dalam hal itu, mereka pun sama-sama berusaha mencuri perhatian seorang gadis
Belanda, seorang mahasiswi peneliti Sejarah Ekonomi Kolonial, yang menyimpan
lebih banyak misteri dari apa yang ditampakkannya.
Lika-liku pencarian Rahasia Meede melintasi sejarah ratusan
tahun Indonesia, melewati pelarian, pengkhianatan, dan persahabatan.
Kegelisahan sebuah generasi berusaha menemukan jalan keluarnya sendiri.
4.
Dhaeng Sekara: telik sandi tanah pelik majapahit
by Agus Sunyoto
Siapakah tokoh muda nan hebat itu yang pantas dikagumi?
Yang memiliki kepandaian olah kanuragan
menakjubkan?
Juga memiliki laku pekerti yang layak diteladani?
Dialah Mahesa Sekar, seorang ksatria sejati yang
diutus oleh Bhre Tumapel, Diah Kertawijaya, untuk memata-matai sejumlah wilayah
yang tengah dilanda konflik dan membahayakan keberadaan Kerajaan Majapahit
setelah kepergian Rakyan Patih Mangkubumi Pu Gajah Mada.
Begitu banyak kejahatan yang merebak dan
terorganisir secara rapi. Ada pihak-pihak yang sengaja membuat keadaan
Majapahit ricuh dan sulit dikendalikan oleh pihak kerajaan.
Siapakah dalang dibalik semua ini?
Dalam perjalanan yang mengharuskan mendaki gunung
bahkan menyeberangi lautan, murid dari kakek Bantal (Sunan Gresik) ini, menemui
berbagai peristiwa besar yang kerap mengancam keselamatan jiwanya. Musuh demi
musuh dengan kekuatan besar harus dihadapinya. Untung saja, dia memiliki
pegangan wirid yang mampu bertahan hidup ditambah pedang warisan dari sang Guru
yang amat mencintainya. Seiring waktu, rahasia konspirasi pun mulai terkuak ke
permukaan, meski butuh waktu yang tak sebentar.
Tapi siapakah dalang di balik semua ini?
5. Kubah by Ahmad Tohari
Tidak mudah
bagi seorang lelaki untuk mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah
12 tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau B. Apalagi hati masyarakat memang
pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang
dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain,
anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tak lagi begitu mengenalnya.
Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup
menanggungnya. Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman
masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji,
orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri
berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah mesjid di desa itu. Karman
merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.
6. Atheis by Achdiat
K. Mihardja
Roman Atheis
mengetengahkan perkembangan yang khas bagi masyarakat Indonesia sejak permulaan
abad kedua puluh, yakni pergeseran gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern.
Pergeseran itu membawa serta perselisihan dan bentrokan antara paham-paham lama
dan baru, terjadi khususnya di lapangan sosial budaya dan politik.
Perkembangan
di dalam masyarakat tidak luput meninggalkan perngaruh pada pengalaman batin
manusia. Keresahan batin di tengah-tengah bergeloranya pertentangan paham di
zaman penjajahan Belanda dan Jepang menjadi pokok perhatian roman ini.
7. Harimau! Harimau! by Mochtar
Lubis
Harimau!
Harimau! telah mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai buku penulisan sastra
terbaik tahun 1975.
Buku ini
dapat dibaca sebagai sebuah cerita petualangan di rimba raya oleh sekelompok
pengumpul damar yang diburu oleh seekor harimau yang kelaparan. Berhari-hari
mereka mencoba menyelamatkan diri mereka dan seorang demi seorang di antara
mereka jatuh menjadi korban terkaman harimau.
Di tingkat
lain, juga terjadi petualangan dalam diri masing-masing anggota kelompok
pengumpul damar ini. Di bawah tekanan ancaman harimau yang terus-menerus
memburu mereka, dalam diri meraka masing-masing, yang mempertinggi pula
kesadaran mereka tentang kekuatan dan kelemahan-kelemahan para anggota kelompok
mereka yang lain.
Di antara
mereka malahan sampai pada kesadaran bahwa sebelum membunuh harimau yang
memburu-buru mereka, tak kalah pentingnya ialah untuk membunuh terlebih dahulu
harimau yang berada dalam setiap anak manusia.
Buku ini
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan sebuah
terjemahan dalam bahasa Jepang sedang dilakukan pula.
8.
Burung-Burung Manyar by Y.B.
Mangunwijaya
Novel
Burung-burung Manyar dapat dibaca sebagai bentuk proyek pasca-kolonial. Novel
ini berusaha untuk mencari penyimpangan yang terjadi dalam penulisan sejarah
Revolusi Indonesia. Sejarah dalam novel Burung-burung Manyar diceritakan secara
mengalir dengan beberapa masukan anekdot. Sejarah tidak disampaikan dengan nada
otoriter.
Sejarah dicerita
melalui kisah cinta seorang yang bekerja mendukung kemerdekaan Indonesia,
Larasati, dan Satadewa alias Teto, orang Indonesia yang bekerja dalam angkatan
perang Belanda.
Menjelang
akhir novel, terdapat kejutan yang menggelitik. Teto atau terbangkitkan jiwa
nasionalismenya, dengan menjadi relawan membongkar kecurangan perusahaan
tempatnya bekerja yang merugikan Indonesia.
9.
Entrok - Okky Madasari
Marni,
perempuan Jawa buta huruf yang masih memuja leluhur. Melalui sesajen dia
menemukan dewa-dewanya, memanjatkan harapannya. Tak pernah dia mengenal Tuhan
yang datang dari negeri nun jauh di sana. Dengan caranya sendiri dia
mempertahankan hidup. Menukar keringat dengan sepeser demi sepeser uang. Adakah
yang salah selama dia tidak mencuri, menipu, atau membunuh?
Rahayu, anak
Marni. Generasi baru yang dibentuk oleh sekolah dan berbagai kemudahan hidup.
Pemeluk agama Tuhan yang taat. Penjunjung akal sehat. Berdiri tegak melawan
leluhur, sekalipun ibu kandungnya sendiri.
Adakah yang
salah jika mereka berbeda?
Marni dan
Rahayu, dua orang yang terikat darah namun menjadi orang asing bagi satu sama
lain selama bertahun-tahun. Bagi Marni, Rahayu adalah manusia tak punya jiwa.
Bagi Rahayu, Marni adalah pendosa. Keduanya hidup dalam pemikiran masing-masing
tanpa pernah ada titik temu.
Lalu bunyi
sepatu-sepatu tinggi itu, yang senantiasa mengganggu dan merusak jiwa. Mereka
menjadi penguasa masa, yang memainkan kuasa sesuai keinginan. Mengubah warna
langit dan sawah menjadi merah, mengubah darah menjadi kuning. Senapan teracung
di mana-mana.
Marni dan
Rahayu, dua generasi yang tak pernah bisa mengerti, akhirnya menyadari ada satu
titik singgung dalam hidup mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban
orang-orang yang punya kuasa, sama-sama melawan senjata.
10.
Gadis Pantai by Pramoedya
Ananta Toer
"...Roman
ini menusuk feodalisme Jawa yang tak memiliki adab dan jiwa kemanusiaan tepat
langsung di jantungnya yang paling dalam."
No comments:
Post a Comment