Tuesday, July 12, 2016

#Bookreview Nadira

#BookReview

Judul: Nadira
Karya: Leila S. Chudori
Genre: Fiksi
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Bahasa: Indonesia
Tebal: xi + 304 hlm.
Cover: Soft cover
Tahun terbit: 2015
Series: Bukan series (sejauh ini)

Sinopsis:
Di sebuah pagi yang murung, Nadira Suwandi menemukan ibunya tewas bunuh diri. Kematian sang ibu, Kemala Yunus, seorang permepuan yang dikenal sangat ekspresif, berpikiran bebas, dan selalu bertarung mencari diri itu, sungguh mengejutkan.

Tewasnya Kemala kemudian mempengaruhi kehidupan Nadira sebagai seorang anak; seorang wartwan; seorang kekasih; seorang istri, hingga akhirnya membawa Nadira kepada sebuah penjelajahan ke dunia baru, dunia seksualitas yang tidak pernah disentuhnya.

“Suicides Have a Special Language” berikut sajak dari Anne Sexton yang dikutip Leila dalam bukunya.

Resensi:
Nadira Suwandi adalah anak bungsu dari keluarga Suwandi yang berprofesi sebagai wartawan. Ayahnya, Bramantyo Suwandi merupakan seorang wartawan senior yang sangat mencintai anak bungsunya ini. Nadira memiliki dua orang kakak, Arya Suwandi yang bekerja sebagai insinyur kehutanan, dan Nina Suwandi, seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan program doktoratnya di Amerika Serikat.

Cerita bermula saat Nadira menemukan ibunya, Kemala Yunus, tewas bunuh diri akibat menelan pil tidur. Kematian ibunya tersebut menggoncang dunia Nadira yang awalnya selalu dipenuhi kasih sayang ayah dan ibunya. Nadira yang pendiam menjadi semakin murung dan sedih. Nadira tidak memahami alasan ibunya yang sangat mengasihinya dan melindunginya sejak kecil untuk memilih mengakhiri hidupnya lebih awal. Nadira kemudian tenggelam dalam jurang kesedihan dan kemalangan yang berkepanjangan. Beberapa orang berusaha menolongnya, salah satunya adalah Tara, atasannya yang jatuh hati kepadanya. Namun uluran tangan dari orang-orang yang mengasihinya tersebut bagai angin lalu bagi Nadira.

Nadira tidak dapat hidup normal lagi, tidak dapat dengan tenang tidur di kasurnya lagi. Sampai kemudian datanglah Niko, seorang aktivis di era 80-an yang membuat hati Nadira menjadi merah jambu dan ceria kembali. Enam bulan sejak mereka bertemu, Nadira memutuskan untuk menikahi Niko. Namun kemalangan Nadira tidak berakhir di situ, terdengar desas-desus bahwa Niko adalah lelaki yang suka tidur dengan banyak wanita.

Buku ini memberikan pembaca pandangan baru mengenai kehidupan seorang wartawan, dan yang lebih menarik, tentang kehidupan seorang perempuan muda yang bernama Nadira. Dalam buku ini pembaca bisa ikut bergejolak menyusuri satu persatu lini hati Nadira. Nadira yang polos dalam melihat banyak hal, kemudian harus berhadapan dengan berbagai konflik yang datang bertubi-tubi. Konflik datang bukan hanya kepada dirinya, namun juga pada keluarganya, dan sebagai anak bungsu yang baik Nadira harus merasakan dan menyelesaikan konflik tersebut.
Buku ini luar biasa, merupakan salah satu karya terbaik yang pernah lahir dari tangan Leila Chudori yang juga merupakan seorang wartawan senior. Penggambaran karakter Nadira sangat kuat dalam buku ini. Pembaca seperti dapat menyelami setiap inci dari pikiran Nadira dan dapat merasuk ke dalam pikiran pembaca sendiri. Pembaca dapat melihat Nadhira yang naif, yang saat ditekan dengan banyak konflik merespon dengan sangat unik namun tegar.  Leila menggunakan gabungan sudut pandang orang pertama untuk Nadhira dan sudut pandang orang ketiga untuk tokoh lain. Hal ini juga menambah pemahaman pembaca akan konflik yang sedang terjadi karena memberikan sudut pandang dari berbagi tokoh yang ada. Konflik Nadira yang pelik dapat dilihat dari kacamata Tara yang cerdas, Satimin yang polos, dan Nina yang ambisius.

Walaupun banyak mendapat respon positif, buku ini juga bukan tanpa kekurangan. Sudut pandang yang didapat dari banyak pihak memang memberi pembaca pemahaman lebih terhadap isi cerita. Namun hal ini membuat konflik Nadira terasa sempit, tentang kematian ibunya yang kemudian terus menerus dibahas dari sudut pandang lain.

Secara umum ini adalah buku yang menarik. Buku ini layak dibaca terutama bagi yang tertarik dengan dunia jurnalistik dengan tetek bengeknya. Selain itu, buku ini juga layak dibaca karena dapat memberikan pembaca insight baru tentang cara sebuah konflik memberikan dampak pada seseorang dan orang-orang di sekitarnya.

- Peter Carey

No comments:

Post a Comment