Judul: Ayahku (Bukan) Pembohong
Karya: Tere Liye
Genre: Distopia fantasi, drama
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Bahasa: Indonesia
Tebal: 304 halaman
Cover: soft
Tahun terbit: April 2011
ISBN: 9789792269055
Series/Bukan: bukan
Sinopsis:
Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh sayang padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa gelak, bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya?
Inilah kisah tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati. Jika kalian tidak menemukan rumus itu di novel ini, tidak ada lagi cara terbaik untuk menjelaskannya.
Mulailah membaca novel ini dengan hati lapang, dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat mengatakannya.
Tema cerita ini tentang sosok Ayah. Awalnya, aku cuman penasaran aja karena temenku bawa buku ini ke sekolah dan karena suasana lagi gabut, akhirnya aku minjem novel itu dan mulai membacanya.
Covernya sebenernya bikin aku tertarik juga sih, penasaran apa kaitannya dengan judul, isi dan gambar covernya. Ternyata berkaitan.
Pada awal-awal, terlihat jelas bahwa sang Anak yang bernama Dam sangat mengidolakan sang Ayah yang hanya sebagai pegawai negri biasa. Di penjuru kota pun tau, Dam terkenal sangat mengidolakan sang Ayah.
Ayah Dam selalu menceritakan tentang masa-masa yang pernah ia alami sepanjang hidupnya pada Dam. Namun, kian Dam dewasa, Dam malah tidak menyukai Ayahnya, terlebih pada cerita-cerita sang Ayah yang dianggapnya hanya omong kosong belaka.
Apalagi, saat Dam sudah berkeluarga dan Ayah ikut tinggal dalam rumah sederhananya, Ayah kembali menceritakan masa-masa yang pernah ia alami pada anak-anaknya Dam (Zas dan Qon). Dam bersikeras melarang sang Ayah untuk tidak lagi menceritakan omong kosong itu pada anak-anaknya. Tapi di sisi lain, Istri Dam selalu membela Ayah Dam.
Karena Dam tau, di saat anak-anaknya sudah dewasa nanti, mereka akan kecewa karena nyatanya apa yang diucapkan kakeknya memang hanya omong kosong.
Pada awalnya pun aku baca ini jadi keikutan mengidolakan Ayah Dam ini, Ayah pekerja keras, penyayang, dan pengertian yang diidolakan anak.
Bahkan saat Dam kecil dulu, pendapat Ibunya selalu bertentangan dengannya. Hanya Ayah yang sejalan pemikirannya dengan Dam, dan membuat Dam semakin mengidolakan Ayahnya.
Cerita ini memang menurutku agak sedikit distopia, tapi lebih banyak realitanya sih. Apalagi bagian saat Dam bersekolah seperti di asrama gitu, ada petualangannya sedikit sebagai pemanis buku itu.
Dan yang membuat aku semakin suka sama buku ini adalah karena bagian endingnya yang tak terduga, yang awalnya aku mengidolakan sang Ayah lalu ikut gak suka sama sang Ayah, kembali lagi jadi mengidolakan sang Ayah.
Tere Liye selalu bisa membuat campur-aduk perasaan lewat tulisannya yang sederhana, dan aku setuju sama pernyataan itu.
Buku ini beda dari yang lain, cara penyampaiannya ngebuat hati jadi tersentuh. Lewat buku ini juga bisa merasakan rasa kehilangan, kecewa, bahagia, dan mengikhlaskan.
Berikut kutipan-kutipan dari buku ini yang bikin aku tersentuh saat membacanya;
"Hidup harus terus berlanjut,tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yg menjadi obat."
"Dengan kesederhanaan hidup bukan berati tidak ada kebahagian, kebahagian ada pada seberapa besar keberartian hidup kita untuk hidup orang lain dan sekitar, yap seberapa besar kita menginspirasi mereka. Kebahagian ada pada hati yang bersih, lapang dan bersyukur dalam setiap penerimaan."
"Penjajah itu tidak tahu kekuatan bersabar. Kekuatan ini bahkan lebih besar dibandingkan peledak berhulu nuklir. Alam semesta selalu bersama orang-orang yang sabar."
"Bangsa yang korup bukan karena pendidikan formal anak-anaknya yang rendah,tetapi karena pendidikan moralnya yang tertinggal, dan tidak ada yang lebih merusak dibandingkan anak pintar yang tumbuh jahat."
Bagi kamu yang belum baca, dijamin deh gak bakalan nyesel karena buku ini memang beda banget dari yang lain!
--Margo Roth
No comments:
Post a Comment