Saturday, January 30, 2016

Bookish Talk: Sastra Wangi





Q: Apa itu sastra wangi?
A: Sastra wangi adalah sebutan yang diberikan untuk karya sastra Indonesia karya penulis perempuan. Biasanya menggunakan bahasa yang vulgar dan menyiratkan ideologi serta cara pandang feminis. Sebutan lain untuk sastra wangi adalah "sastra lendir".

Q: Menurut kalian, apa semua karya penulis perempuan dapat dikategorikan ke dalam sastra wangi?
A: Banyak yang beranggapan tidak, karena tidak semua karya penulis perempuan menyiratkan ideologi dan cara pandang feminis di dalam karyanya. Tidak semua karya sastra perempuan juga mengandung bahasa yang vulgar. Tetapi bukan berarti sastra wangi termasuk bacaan porno.

Q: Apa sastra wangi hanya terbatas untuk pengarang Indonesia saja?
A: Istilah sastra wangi hanya diperuntukkan khusus bagi penulis perempuan Indonesia yang karyanya dapat dikategorikan sebagai sastra wangi. Tetapi tidak sedikit penulis di luar Indonesia yang juga menyusung tema sastra wangi dalam karyanya, hanya saja mereka tidak melabeli karya mereka dengan label "sastra wangi".

Q: Apakah sastra wangi hanya terbatas pada bahasan seksualitas saja?
A: Tidak. Walaupun banyak mengandung unsur yang demikian, terdapat juga andil politik dan sosial-budaya yang kuat.

Q: Apakah karya sastra wangi merusak nilai moral?
A: Merusak atau tidaknya nilai moral itu semua tergantung kepada pembaca. Bagi pembaca yang pola pikirnya cukup terbuka mungkin akan menganggap sastra wangi tidak merusak nilai moral, tetapi bagi pembaca yang pola pikirnya masih terutup dan tidak familiar dengan karya sastra wangi, mereka mungkin akan mengecam dan menganggap bahwa benar karya sastra wangi dapat merusak nilai moral. Semuanya tergantung kepada si pembaca.

Q: Sastra wangi itu dalam bentuk novel saja atau bagaimana?
A: Sejauh yang kita tahu, karya-karya sastra wangi yang sudah diterbitkan itu dalam bentuk novel. Tetapi banyak yang beranggapan karya sastra wangi itu dapat dalam bentuk puisi, cerpen dan bentuk tulisan lainnya.

Q: Bagaimana novel sejenis sastra wangi dapat lolos sensor publikasi?
A: Setiap novel yang diterbitkan tentu memiliki target usia buat para pembaca. Mungkin karya sastra wangi diterbitkan untuk pembaca-pembaca dewasa.

Q: Novel siapa saja dan judul apa saja yang termasuk karya sastra wangi?
A: Ayu Utami (Saman, Larung, Bilangan FU, Manjali dan Cakrabirawa), Djenar Maesa Ayu (Nayla, Jangan Main-Main [dengan kelaminmu], Ranjang, 1 Perempuan 14 Laki-Laki), Dorothea Rosa Herliany (Beberapa Puisi, Seperti Ibadah Sepanjang Usia). Ini hanya sebagiannya saja.

Q: Apa sastra wangi dan chick-lit itu sama?
A: Tidak, sama sekali berbeda. Topik yang dibahas serta gaya bahasanya jauh berbeda.

Q: Apakah menurut kalian karya yang dikategorikan sebagai karya sastra wangi itu dianggap terlalu kontroversial? Mengapa?
A: Dianggap kontroversial karena bahasan seperti itu masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Q: Apakah karya Rain Chudouri juga termasuk ke dalam kategori sastra wangi?
A: Sepertinya tidak, karena Rain Chudouri lebih membahas masalah broken home dan sejenisnya dan ia pun tidak menyiratkan cara pandang feminis dalam karyanya. 

Q: Mengapa bagi beberapa penulis perempuan yang karyanya dikategorikan sebagai sastra wangi menganggap label itu sebagai penghinaan?
A: Mereka menganggap bahwa label itu diberikan atas penilaian yang didasari oleh penampilan fisik saja. Sebutin lain dari sastra wangi adalah sastra selangkangan dan sastra lendir, jadi respon mereka yang menganggap label itu adalah hinaan dapat dimaklumi.

Q: Apa tema LGBT layak diklasifikasikan sebagai karya sastra wangi?
A: Masih belum dapat dipastikan. Masih terlalu banyak kontroversi. Tetapi tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tema LGBT dapat diklasifikasikan sebagai karya sastra wangi karena karya sastra wangi menceritakan tentang kesetaraan.

Q: Apakah kalian setuju dengan adanya label "sastra wangi" di Indonesia?
A: Banyak yang beranggapan bahwa label semacam itu tidak perlu, tetapi akan lebih baik jika karya sastra wangi dapat diperbanyak tanpa harus memikirkan "label"-nya karena karya-karya seperi sastra wangi dianggap kritis topiknya dan Indonesia butuh buku dengan jenis seperti itu.

(Group #1)
---------------

Kalo ada yg salah maafkan para admin ya, karena kami bukan Tuhan dan kami ngambil kesimpulan berdasarkan riset. Semoga bermanfaat!

- Bibliophilia xx

No comments:

Post a Comment