Sunday, December 6, 2015

Gelombang 5 (The 5th Wave) by Rick Yancey



Judul: Gelombang 5 (The 5th Wave)
Karya: Rick Yancey

Genre: fantasy, dystopia, sci-fi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Bahasa: bahasa Indonesia
Tebal: 576 halaman
Cover: softcover
Cetakan Pertama: Desember 2013

Series/Bukan: Series (The 5th Wave series)
ISBN: 978-979-22-9115-5
Sinopsis:




Setelah Gelombang 1, hanya kegelapan yang tersisa.


Setelah Gelombang 2, hanya orang-orang beruntung yang lolos.



Dan setelah Gelombang 3, hanya yang tidak beruntung yang bertahan.

Setelah Gelombang 4, hanya ada satu peraturan: JANGAN PERCAYA PADA SIAPA PUN.


Alien menyerbu Bumi dan menyapu habis manusia dalam beberapa gelombang. Cassie berhasil bertahan sejauh ini. Menurutnya, untuk tetap hidup, ia harus sendirian. Sampai ia bertemu Evan Walker. Cowok misterius itu mungkin satu-satunya harapan Cassie untuk menyelamatkan adiknya—atau bahkan menyelamatkan dirinya sendiri. Namun, Cassie harus memilih antara percaya atau putus asa, melawan atau menyerah, hidup atau mati.




Gelombang 1: Listrik Padam

Gelombang 2: Tsunami

Gelombang 3: Wabah Sampar
Gelombang 4: Peredam

Serangan alien yang dimulai dari gelombang 1 membuat listrik padam, ponsel, kendaraan, dan seluruh barang bermesin tidak dapat digunakan. Gelombang 2 dan 3 lah yang paling banyak memakan korban. Tiga miliar manusia tewas diterjang tsunami, lalu wabah sampar menewaskan 97% dari empat miliar manusia yang berhasil menghindari tsunami. Sehingga, umat manusia yang tersisa hanya tinggal 3% dan mereka siap di'redam' oleh para Peredam.

Dan Cassie--bukan Cassandra ataupun Cassidy, melainkan singkatan dari Cassiopeia--Sullivan beserta adiknya berhasil tetap bertahan hidup. Ada aturan yang Cassie pegang teguh setelah Gelombang 4 datang.

Aturan pertama : Jangan percaya siapa pun
Aturan kedua : Satu-satunya cara bertahan adalah dengan tetap sendirian.

Sampai kemudian Cassie diselamatkan oleh cowok misterius bernama Evan Walker ketika dia sekarat karena tertembak oleh Peredam. Meskipun jelas-jelas dia dirawat dengan baik dan sangat diperhatikan oleh Evan, Cassie masih ingat dengan aturannya. Entah Evan itu musuh atau teman, bisakah Cassie mempercayainya untuk menyelamatkan adiknya yang diculik oleh alien?

 “Kita ada di sini, lalu kita mati, dan yang pentingbukan berapa lama waktu kita di sini, tapi apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut.“

Novel ini memiliki alur yang lambat. Di bagian awal, aku sangat bosan dan ikut-ikutan merasa depresi saat membaca tuturan dan keluhan Cassie yang sinis tapi mengenaskan. Tadinya aku hampir tidak ingin membaca bukunya lagi, tapi aku membaca review teman-teman di Goodreads dan mereka semua memberi rating bagus. Jadi, aku dengan sabar membaca POV Cassie dan ketika sampai di separoan lebih buku, aku menemukan POV karakter yang lain. Ben Parish. Dan ternyata masih ada POV Sammy dan sekilas POV si Peredam. Yang unik, tidak ada tanda yang membedakan setiap POV, jadi pembaca dibuat bertanya-tanya dan sedikit bingung ketika cerita berganti POV. Gaya bahasa Cassie dan Ben mirip, tetapi semakin cerita bergulir, kita semakin mudah untuk membedakan POV mereka.

Nah, ketika POV Ben Parish muncul,  cerita mulai seru dan bertempo cepat. Kita akan diperkenalkan pada Kamp Haven--tempat manusia yang masih hidup dan kuat menjalani latihan militer untuk menjadi prajurit yang membasmi alien. Darisitu banyak adegan action yang mendebarkan dan suasana kemiliteran yang keras.

“Ini bukan soal menghancurkan kemampuan kita untuk melawan, tapi soal meruntuhkan kemauan kita untuk melawan.”

Lalu konflik pun mulai bermunculan, dan TWISTnya! Meskipun aku bisa menebak siapa 'musuh' yang sesungguhnya, tetap saja aku dibuat kaget oleh penjelasan yang diberikan oleh Rick Yancey terutama tentang gelombang ke 5. Sukses bikin mind blowing... 😱😱

Karakter yang paling aku suka adalah Ben Parish. Dia kuat baik secara mental maupun fisik, sinis, lucu, pokoknya dia punya pesonanya sendiri yang sulit diabaikan. Pantesan Cassie naksir berat sama Ben haha because i love him too. Well aku juga suka Evan, tetapi dia terlalu baik terlalu sweet terlalu mainstream. Tapi aku sukaaaa banget tindakan heroiknya di klimaks cerita. Di akhir cerita dia.... Ngegemesin!!

Aku nggak suka sama Cassie. Aku ngerti dia harus sangat berhati-hati agar dapat bertahan hidup, tetapi menurutku dia terlalu keras pada dirinya sendiri dan orang lain sehingga tidak bisa melihat ketulusan orang dengan mudah. Meski begitu aku suka perkembangan karakternya, ketika sampai di klimaks (duh klimaksnya bener-bener deh penuh jedar-jeder-jedor full action dan menegangkan banget) Cassie such a bad ass tho.

Oh ya, bumbu romance di novel ini pas banget porsinya. Tingkah Evan dan Cassie khas remaja yang lagi fallinlop banget, kadang labil gak jelas tapi unyuuu. Ben sama Ringer juga mulai ada percikan-percikan yang masih samar. Semoga di buku selanjutnya mereka jadi the next couple. Dan semoga tidak terjadi love triangle.

Overall, i highly recomended this to you because 5th Wave is my most favourite dystopian after The Hunger Games. Cocok dibaca untuk pecinta fantasi, sci-fi, yang mencari petualangan mencekam namun mengasyikkan di dunia post-apocalypse.

“Sebelum menemukanmu, kupikir satu-satunya jalan untuk bertahan hidup adalah dengan menemukan alasan untuk hidup. Ternyata salah. Untuk bertahan, kau harus menemukan sesuatu yang membuatmu rela mati.” 

PS: film 5th Wave akan tayang pada tahun depan nanti, dengan Chloe Moretz sebagai Cassie dan Nick Robinson sebagai Ben. Tell me you're so excited like me!



--Katniss Everdeen

1 comment: